Tentang Ta’awwudz dan Basmalah



Tentang Ta’awwudz dan Basmalah

Ta’awwudz
Ta’awwudz berasal dari Ta’awwadza-yata’awwadzu-Ta’awwudzan yang berarti membaca atau mengucapkan kalimat yang bermakna perlindungan.

Menurut terminologi adalah meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari godaan Syaithan yang terkutuk yaitu dengan mengucapkan “ A’udzubillahiminassyaithanirrajim “.
Lafal Istiadzah tersebut pernah dicontohkan Nabi dan ternyata juga lafalnya bermacam-macam tapi intinya meminta perlindungan kepada Allah.

Ulama bersepakat membaca Istiadzah dianjurkan bagi setiap orang yang hendak membaca Al Quran. Dalilnya ada pada Al Quran pada surah An Nahl ayat 98.

Jumhur Ulama dan Ahlul Ada’ atau para Ulama Qiraat berpendapat perintah yang terdapat pada ayat  tersebut menunjukkan pada Nadb ( sunnah ) artinya tidak menjadi suatu keharusan, dengan demikian tidak berdosa bagi yang tidak membacanya. ( baca Tafsir Al Qurthuby Jilid I ).

Basmalah
Berasal dari akar kata “ basmala-yubasmilu-basmalatan “ yang berarti mengucapkan lafadz Bismillahirrahmanirrahim, kata basmalah merupakan masdar yaitu kata benda yang berasal dari kata kerja.

Para Ulama sepakat basmallah yang terdapat dalam Surah An Naml ayat 30 “ innahu min sulaiman wa innahu bismillaahir-rahmanir-rahiim “ termasuk bagian dari ayat Al Quran.
Terdapat silang pendapat antara para Ulama, apakah Basmallah termasuk surah Al Fatihah dan setiap surah Al Quran atau tidak ?

Menurut Madzhab Maliki, Basmallah tidak termasuk ayat surah Al Fatihah dan tidak termasuk ayat dalam setiap surah Al Quran, kecuali surah An Naml ayat 30.

Dalilnya :
Dalil Naqly

Dari ‘Aisyah r.a ia berkata: “ ketika Rasulullah SAW shalat, beliau mulai dengan takbir kemudian langsung membaca “ Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin “ ( Hadist Riwayat Muslim ).
Dari Anas r.a dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim, ia berkata : “ aku pernah shalat dibelakang Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Ustman. Mereka membaca Al Fatihah langsung Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin tanpa Basmalah “. Dalam riwayat Muslim ditambahkan : “ Mereka tidak menyebut lafal Basmalah baik diawal bacaan Al Fatihah maupun akhir bacaan “.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : “ Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Allah Ta’ala Berfirman: “ Aku membagi surah Al Fatihah separuh-separuh antara Aku dan hambaKu. Dan hambaKu berhak mendapatkan apa yang dia minta. Jika ada seorang hamba berkata “ Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin “, Allah berfirman : “ hambaKu memujiKu “, jika ia membaca “ Arrahmaanirrahiim “, Allah Berfirman : “ hambaKu memujiKu “, jika ia membaca lagi “ maalikiyaumiddin “, Allah berfirman : “ hambaKu MengagungkanKu dan memasrahkan dirinya kepadaKu “, maka jika ia membaca “ iyyaakana’budu wa iyyakanasta’in “, Allah Berfirman : “ Ini antara Aku dan hambaKu, untuknya apa yang ia minta, maka jika ia membaca lagi “ ihdinashirathal mustaqim...dst Allah berfirman : “ ini untuk hambaKu dan baginya apa yang ia minta. ( Hadist Qudsi dalam kitab Syarhun Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, juz 3 halaman 12 ).

Dalil ‘Aqly ( Logika )

Jika basmalah termasuk Al Fatihah maka terdapat pengulangan dalam satu surah yakni kalimat “ Arrahmaanirrahiim “. Ini suatu hal yang janggal dalam ilmu balaghah.
Sedang penulisan basmalah di setiap surah merupakan littabarruk, sekaligus melaksanakan hadis yang menganjurkan membaca basmalah pada setiap urusan, sekalipun penulisannya dianggap mutawatir.

Di Masjid Nabawi di Kota Madinah, dimana Shalat telah didirikan sejak Rasulullah SAW hingga jaman Imam Malik r.a tidak satu Imam shalat yang membaca basmalah.

Hal ini mengindikasikan basmalah bukan termasuk surah Al Fatihah dan surah lainnya. Atas dasar Madzhab inilah Metode Struktur Format 18 baris tidak menyertakan basmalah dalam setiap terapinya.

Imam Al Qurtuby menegaskan bahwa pendapat Imam Malik yang paling shahih, karena periwayatan Al Quran harus mutawatir dan pasti.

Inilah sedikit info mengenai mengapa dalam kajian MSQ Basmalah tidak disertai dalam surah Al Fatihah, Semoga Bermanfaat

Disari dari berbagai sumber


0 komentar:

Posting Komentar